Rahasia Gunung Kawi

kawiDua tahun yang lalu saya menyengaja untuk berkunjung ke kawasan wisata ruhani (istilah lokal disana) Gunung Kawi. Kebetulan rumah orang tua saya di Lawang – Malang. Untuk mencapai lokasi Gunung Kawi dibutuhkan waktu kurang lebih 1 jam, dengan perjalanan yang sejuk berkelok – kelok menambah keasyikan tersendiri. Begitu sampai di area parkir kami langsung dijemput oleh pemandu yang memang menunggu pengunjung yang datang. Dari tempat parkir ternyata masih harus jalan kaki menanjak sekitar satu kilometer lagi. Di Kanan kiri jalan banyak penginapan, namun saya sedikit berpikiran negatif atas penginapan ini. Saya berpikiran bahwa para pemuja akan nginep disini sampe hajat mereka terkabul (Wallahu alam). Menjelang sampe lokasi ada sebuah masjid yg cukup besar sehingga saya mampir untuk sholat dhuhur dan istirahat sejenak.

Setelah itu saya melanjutkan perjalan dan saya melihat ada kuil dewi Kwan Im, ada juga Vihara tempat umat tionghoa berdoa dimana terdapat lilin – lilin raksasa di dalamnya. Pemandu saya menjelaskan bahwa yang datang ke kawasan ini dari berbagai agama dan etnis dari seluruh Indonesia. Wah terkenal sekali tempat ini. Kami juga menemukan tempat untuk meramal nasib seseorang yg disebut “Jiamsi”. Kemudian sampailah saya pada sebuah bangunan yang didalamnya ada makam dari Eyang Jugo dan makam Imam Sudjono yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro. Disamping bangunan makam terdapat sebua musholah. Makam inilah yang sebenarnya sebagai tujuan para pejiarah Gunung Kawi.

Saya melihat yang berziarah ke makam ini bukan hanya kalangan pribumi, banyak warga tionghoa yang datang ke makam ini. Sebelum masuk ke makam mereka dibekali kembang mawar satu bakul untuk dibawa masuk kedalam bangunan makam. Termasuk juga saya dibekali juga, namun saya memutuskan menaruh bunga itu dan saya memilih ke musholah utk sholat sunnah dan berdoa. Setelah itu saya memilih langsung pulang tanpa masuk ke dalam makam.

Sejauh pengamatan saya Kawasan Gunung Kawi biasa-biasa saja. Padahal yang saya dengar di masyarakat bahwa Gunung Kawi adalah tempat pemujaan dan pesugihan. Dan kabarnya banyak yg menjadi kaya mendadak setelah muja di Gunung Kawi ini. Apakah benar ?? Setelah berjalannya waktu akhirnya saya mendapat jawaban juga.

Suatu saat waktu saya ditakdirkan untuk membantu seseorang yang sedang dalam gangguan Makluk halus. Katakan saja namanya Fulan. Dari umur sembilan tahun Fulan mengalami penyiksaan demi penyiksaan setiap malamnya kecuali pada bulan ramadhan. Usut punya usut ternyata penyebabnya adalah Fulan sebagai tumbal atas permohonannya di gunung Kawi yaitu untuk melanggengkan jabatan dan kekayaan.

Dari proses penyembuhan tsb saya mendapat informasi dengan cara yang mungkin anda tdk percaya atas mengapa Gunung Kawi bisa menjanjikan Kekayaan dan keterkabulan atas permohonan, padahal disana yg saya lihat adalah hanya tempat berziarah.

Sebelum saya bercerita sebelumnya A’udubillahi minassyaitonirrojiim. Bismillahirrahmanirrohim, Ya Rabbunallah.

Eyang Jugo dan Imam Sudjono yang merupakan pengikut Pangeran Diponegoro adalah juga para pejuang untuk melawan penjajahan. Dalam proses melawan penjajahan tsb, Raja Jin Penguasa Gunung Kawi menawarkan bantuan kepada beliau berdua, dan akhirnya diterima dalam rangka melawan penjajah. Namun yang namanya Jin, Syaitan dalam membantu manusia tidak luput dari pamrih. Akhirnya raja jin dan pengikutnya selalu ada dalam hidup dan kehidupan mereka berdua. Saya kurang tahu siapa yang menguasai dan dikuasai.

Maka siapapun juga yang datang ke Gunung Kawi untuk muja terutama untuk pesugihan, jabatan kekal dll akan dikabulkan oleh demit – demit ini, namun selalu meminta tumbal atas terkabulnya permohonan mereka. Tentu saja tumbal manusia lebih maknyus baginya. Lho kok ada tumbal ? apa gunanya?. Perlu anda ketahui bahwa Jin atau demit sangat senang menghisap darah dan energi manusia selain menyan dan bunga. Karena sebenarnya mereka makan tergantung atas pemberian manusia.

Ya begitulah banyak kemusrikan di Gunung Kawi. Demi mengejar kekayaan dan jabatan atau apa saja manusia rela menduakan Tuhan. Walaupun doa ditujukan ke Allah namun disengaja di Gunung Kawi, Itu juga Syirik. Syaitan berupa jin akan berupaya menjauhkan manusia dengan Tuhannya dan mendekatkan dengan syirik walau dibungkus dengan agama. Bisa jadi mulut membaca Alquran tapi hati sudah tidak bertauhid lagi. Hati – hati..!

Manusia akan sampai kepada Allah apabila bisa memurnikan dirinya dari kemusyrikan. Dengan pemahaman ” La Ilah Ha Illallah ” maka tiada yang lebih besar, lebih kuasa dan lebih berkehendak kecuali Allah. Limpahan karunia berupa hidup, kesehatan, bisa menghirup udara segar, bisa melihat, mendengar, mencium, berkata-kata, bisa berjalan, menggerakkan tangan dan masih banyak lagi. Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan.. !

Bergantung kepada yang lain hanya menambah ketidakberkahan dan ketidakbahagiaan di dunia dan akhirat. Penerimaan dan bersyukur atas karunia Tuhan, dan menerima ujian dan cobaan dg sabar dan iklas adalah yg terbaik disisiNya.

2 Responses

  1. Alhamdulllilah mendapatkan penerangan setelah saya membaca hasil tulisan diatas semoga ungkapan tulisannya menjadi ihklas karena telah memberiakan manfaat bagi yang membaca …. Cukuplah ALLAH SWT bagi kita semua dia tempat meminta dan memuja dan memuji karna nikmatnya tak terbatas di dunia maupun di akherat kelak….. subhanawloh walhamdullilah walaillahailawloh waulohuakbar.

Leave a comment